Perbandingan Kualitas Radiograf Moving Grid dengan
Stationary Grid pada Pemeriksaan Abdomen“.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Rongga abdomen adalah sebuah rongga yang di dalamnya
terdapat berbagai macam sistem. Rongga abdomen terletak di bawah diafragma
sampai dengan tulang panggul. Sistem pencernaan dan sistem perkemihan merupakan
salah satu sistem yang terdapat pada rongga perut. Dewasa ini,, semakin banyak
pemeriksaan yang mengindikasikan adanya penyakit perut yang bermacam-macam
hingga diperlukan radiograf dalam menunjang diagnosis oleh dokter.
Pada dasarnya apabila semakin besar organ yang
diperiksa maka semakin besar pula hamburan dari sinar X yang terjadi. Dalam
kasus ini, perut merupakan rongga besar yang berisi organ yang tentu juga
memiliki tingkat kerapatan yang kurang jika dibandingkan dengan kerapatan
sebuah tulang keras. Hamburan yang semakin banyak ini akan membuat hasil
radiograf tidak maksimal dan mengalami pengaburan. Sehingga, yang menjadi
perhatian di sini adalah bagaimana cara untuk meminimalisir hamburan yang dapat
mengganggu radiograf tadi menjadi sebuah citra yang baik.
Semakin maju teknologi yang ada memudahkan manusia
untuk bekerja secara maksimal dan cepat. Studi pada era modern ini telah
menemukan berbagai alat penunjang dalam upaya meningkatkan kualitas radiograf.
Salah satunya adalah penemuan grid yang digunakan dalam pembuatan radiograf. Orang
yang pertama kali mendemonstrasikan pemakaian grid adalah Gustave Bucky. Dengan
pemakaian grid diharapkan hamburan dari sinar X yang diterima oleh film dapat
berkurang. Seiring waktu berjalan, perkembangan grid semakin kompleks. Mulai
dari pemilihan bahan yang tepat, konstruksi yang dapat meneruskan sinar X dan
bukan menghalanginya, rasio dalam grid yang semakin rapat hingga berbagai jenis
grid.
Berbagai macam tipe grid yang telah dikembangkan
sejatinya bertujuan untuk memaksimalkan hasil radiograf yang dibuat. Pengembangan
grid menciptakan berbagai macam grid yang terdiri dari:
1.
Parallel
grid
2.
Focused
grid
3.
Crossed
grid
4.
Moving
grid ( Bushong, 2001)
Jika dikelompokkan menurut kerjanya, dapat dibagi
manjadi stationary grid dan moving grid. Kedua tipe grid ini memiliki fungsi
yang sama namun dengan cara kerja yang berbeda. Meskipun kedua jenis grid ini
memiliki fungsi yang sama, namun pasti memiliki kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Jika dilihat dari penamaan kedua tipe grid tersebut maka dapat
diartikan bahwa moving grid adalah grid yang bergerak dan stationary grid
adalah yang tetap.
Secara keseluruhan grid sangat diperlukan dalam
berbagai pemeriksaan radiograf dengan objek pemeriksaan yang tebal dan kurang
rapat. Macam grid yang berbeda akan menghasilkan pencitraan yang berbeda pula
dalam radiograf, baik dalam densitas, kontras, maupun detil yang dibuat pasti
ada perbedaan antara moving grid dengan stationary grid.
Oleh sebab itu, dalam penulisan karya ilmiah ini,
penulis tertarik untuk mengkaji dan mempelajari lebih dalam tentang perbedaan
kualitas radiograf antara moving grid dengan stationary grid dalam pemeriksaan
abdomen. Melalui makalah ini penulis berharap radiografer dapat memilih apakah pemakaian moving grid atau stationary
grid yang dapat menyajikan pencitraan terbaik.
B.
Rumusan
Masalah
Dalam
penulisan karya tulis ilmiah ini penulis mengangkat beberapa masalah, yaitu:
1.
Bagaimanakah
perbedaan kualitas radiograf abdomen yang menggunakan moving grid dengan yang
menggunakan stationary grid ditinjau dari densitasnya?
2.
Bagaimanakah
perbedaan kualitas radiograf abdomen yang menggunakan moving grid dengan yang
menggunakan stationary grid ditinjau dari kontrasnya?
3.
Bagaimanakah
perbedaan kualitas radiograf abdomen yang menggunakan moving grid dengan yang
menggunakan stationary grid ditinjau dari detailnya?
4.
Tipe
grid apa dalam pembuatan citra abdomen yang paling bagus menghasilkan
radiograf?
C.
Tujuan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini
adalah :
Tujuan umum :
1.
Untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui tipe grid
apa yang paling bagus untuk menampilkan citraan abdomen?
Tujuan khusus :
1. Untuk
mengetahui perbedaan
struktur grid
2. Untuk
mengetahui konstruksi grid
3. Mampu melakukan penggunaan grid
4. Mampu melakukan penggunaan
grid kearah yang lebih baik , efektif dan efesien.
5.
Mampu
menampilkan gambaran yang baik bagi pasien maupun dokter
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Untuk penulis :
Mampu menambah
wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai perbedaan grid dan fungsi
masing-masing dalam pemeriksaan radiologi
2.
Untuk
institusi :
Menjaga, memelihara, serta
meningkatkan kinerja radiographer dalam menampilkan radiograf
3.
Untuk
responden:
Menghilangkan rasa khawatir / takut
untuk dilakukan pemeriksaan radiologi, karena merasa dirinya akan selalu
mendapatkan pelayanan radiologi yang bermutu.
4.
Untuk pembaca:
Mampu
menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai bidang radiologi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Sejarah Radiasi sinar-X
Awal perkenalan umat manusia dengan radiasi pengion
dimulai ketika Wilhelm C. Roentgen (1845 – 1923), fisikawan berkebangsaan
Jerman, pada tahun 1895 menemukan sejenis sinar aneh yang selanjutnya diberi
nama sinar-X. Selang satu tahun dari penemuan sinar-X
tersebut, fisikawan Prancis Antonie Henry Becquerel menemukan unsur Uranium (U)
yang dapat memencarkan radiasi secara spontan. Untuk selanjutnya bahan yang
memiliki sifat seperti itu disebut bahan radioaktif. Dua tahun kemudian,
pasangan suami istri ahli kimia berkebangsaan Perancis Marie Curie dan Piere
Curie menemukan unsur Polonium (Po) dan Radium (Ra) yang memperlihatkan gejala
yang sama seperti Uranium.
Tahun 1895 itu Roentgen sendirian melakukan penelitian
sinar X dan meneliti sifat-sifatnya. Pda tahun itu juga Roentgen
mempublikasikan laporan penelitiannya. Berikut ini adalah sifat-sifat sinar-X:
1. Sinar-X
dipancarkan dari tempat yang paling kuat tersinari oleh sinar katoda.
2. Intensitas
cahaya yang dihasilkan pelat fotoluminesensi, berbanding terbalik dengan
kuadrat jarak antara titik terjadinya sinar-X dengan pelat fotoluminesensi.
Meskipun pelat dijauhkan sekitar 2 m, cahaya masih dapat terdeteksi.
3. Sinar-X
dapat menembus buku 1000 halaman tetapi hampir seluruhnya terserap oleh timbal
setebal 1,5 mm.
4. Pelat
fotografi sensitif terhadap sinar-X.
5. Ketika
tangan terpapari sinar-X di atas pelat fotografi, maka akan tergambar foto
tulang tersebut pada pelat fotografi.
6. Lintasan
sinar-X tidak dibelokkan oleh medan magnet (daya tembus dan lintasan yang tidak
terbelokkan oleh medan magnet merupakan sifat yang membuat sinar-X berbeda
dengan sinar katoda).
Sinar X (X-rays) atau sinar Rontgen adalah bentuk dari
radiasi elektromagnetik dengan range panjang gelombang berkisar dari 10 sampai
0,01 nanometer, dengan frekuensi berada pada 30 PHz sampai 30 EHz. Sinar X
dihasilakan apabila electron bergerak pada kelajuan yang tinggi dan secara
tiba-tiba berlaku perubahan dari segi kelajuan. Semua ini berlaku di dalam
sebuah tiub x-ray. Di dalam sebuah tiub x-ray terdapat katod (-) yang merupakan
sebuah filamen yang dipanaskan oleh tenaga elektrik. Pemanasan yang berlaku
menyebabkan elektron dihasilkan dari filemen. Ini semua berlaku untuk
persediaan elektron bagi di pecutkan untuk mendapatkan sinaran-X. Sinar-x yang
dihasilkan dengan tenaga 20-40 keV mempunyai panjang gelombang 10-7 cm dan
sinar ini dikatakan sinar-x lembut (soft- rays). Sinar-x yang dihasilkan dengan
40-125 keV mempunyai gelombang 10-8 cm. Sinar ini kerap digunakan untuk
pemeriksaan x-ray diagnostik, manakala panjang gelombang yang lebih pendek lagi
yang dihasilkan dengan tenaga 200-1000 keV digunakan dalam rawatan radioterapi
yang lebih dalam (deep radiotheraphy). Sinar ini biasanya berukuran < 10-8
cm (hard-rays).
Pancaran sinar-x dapat diperolehi daripada sejenis alat
elektronik yang dinamakan tiub x-ray. Daripada kajian ahli sains didapati
sinar-x mempunyai sifat-sifat tertentu yang dapat dibagi kepada sifat biasa dan
sifat khas.
Sifat biasa sinar X bergerak laju dan lurus. Tidak boleh
Fokus oleh kanta atau cermin dipesong oleh medan magnet sekitar arah tertuju
yang dilaluinya. Sifat khas menembusi jirim padat. Kesan pendarcahaya
memberikan kesan cahaya kepada sebatian kimia seperti zink sulfida, kalsium
tungstat dan barium platinosiamida. Kesan pengion alur sinar X yang melintas
melalui gas memindahkan tenaganya kepada molekul-molekul yang akan seterusnya
akan berpecah kepada titik yang berkas negatif. Kesan biologi sinar X bertindak
dengan tisu hidup yang berada dalam tubuh.
B. Definisi Radiasi sinar X
Istilah sinar X merupakan pancaran energi gelombang
elektromagnetik yang disebabkan adanya reaksi dalam tingkatan atom. Tidak
seperti cahaya tampak, sinar X memancarkan energinya secara kasat mata karena
memiliki panjang gelombang yang lebih pendek dari cahaya tampak. Selain itu,
sinar X memiliki frekuensi yang sangat tinggi sehingga memiliki daya untuk
menembus sebuah objek.
Pemanfaatan sinar X sekarang ini sudah merambah dalam
dunia kesehatan. Baik untuk pencitraan hingga untuk terapi. Dalam sebuah
instalasi radiografi pasti terdapat sebuah alat yang dapat mengeluarkan sinar X
yang biasa kita sebut sebagai pesawat radiologi. Sinar X dihasilkan dengan
menggunakan tegangan dari instalasi listrik yang terpasang dan dikeluarkan
dengan melalui proses yang panjang namun cepat.
Sesuai dengan sifat sinar X maka diperlukan penanganan
khusus untuk menanggulangi radiasi yang keluar dari sumbernya. Untuk itu
dilakukan upaya proteksi bagi pasien dan radiographer yang bertugas. Selain
penanganan terhadap proteksi diri, penanganan terhadap radiograf yang akan
dibuat juga diperlukan. Ini mengingat akan sifat kaset radiograf yang sangat
peka terhadap aktifitas energi cahaya sekecil apapun. Tidak terkecuali terhadap
hamburan sinar X yang terjadi saat pemeriksaan berlangsung.
C. Grid
Grid merupakan salah satu alat penunjang dalam proses
pembuatan radiograf yang berfungsi untuk mengurangi radiasi hamburan yang
terjadi ketika proses eksposi dilakukan. Biasanya dibuat dari bahan yang tipis
namun memiliki daya serap yang tinggi terhadap radiasi. Timbal merupakan bahan
yang populer digunakan sekarang ini. Dikarenakan timbale memiliki nomor atom
yang tinggi, sehingga lapisan tipis timbal dapat menyerap radiasi secara baik.
Adapun pemilihan timbal digunakan sebagai grid juga
melalui proses yang panjang. Studi yang pernah dilakukan sebelumnya telah
mencoba berbagai bahan antara lain tungsten, uranium hingga emas dan semua
bahan tersebut tidak dapat memberikan hasil yang maksimal. Semua bahan tersebut
belum dapat menyamai kinerja timbal sebagai bahan dasar dari grid
Berbagai macam penelitian telah membuat model grid yang
dianggap paling baik dalam sebuah pemeriksaan. Perlu diketahui bahwa ada 3
aspek penting dalam menyusun sebuah kerangka grid, yakni rasio grid, frekuensi
grid, dan material grid. Ketiga aspek ini sangatlah penting dalam pembuatan
grid maupun dalam proses pemeriksaan karena juga perlu diperhatikan sehingga
tidak terjadi kesalahan dalam pembuatan radiograf. Cara keja dari grid juga
berbeda-beda ditinjau dari tipenya. Tipe grid yaitu moving grid dan stationary
grid.
Stationary grid atau yang biasa disebut grid tetap
adalah grid yang selama pemeriksaan harus berada tetap di atas kaset. Jika
kedudukan grid berubah maka radiograf yang dihasilkan akan jauh dari kriteria.
Sedangkan moving grid atau grid bergerak adalah grid yang dapat bergerak selama
proses keluarnya sinar X dari smber. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan
gambaran garis di sepanjang radiograf karena pemakaian grid tetap. ( Bushong,
2001:239 )
D. Rongga Abdomen
Rongga abdomen terletak di bawah rongga
thorax. Rongga abdomen terdiri dari organ-organ vital tubuh yang membentuk
berbagai sistem tubuh. Sistem pencernaan dan sistem perkemihan merupakan yang
terdapat pada rongga abdomen. Batas atas dari rongga abdomen yaitu diafragma,
otot tebal yang memisahkan thorax yang berada di atas dengan abdomen yang
berada di bawahnya. Selaput yang melingkupi rongga abdomen disebut peritonuim.
Selaput ini terdiri dari dua lapisan membrane yakni parietal peritoneum
yang berada di bagian luar dan visceral
peritoneum yang berada lebih dalam. ( Merril’s, 2012:84 )
Adapun organ-organ yang terletak di dalam
abdomen adalah:
1. Bagian distal esophagus
2. Lambung
3. Hati
4. Empedu
5. Pankreas
6. Ginjal
7. Limpa
8. Usus 12 jari
9. Usus halus
10. Usus besar
11. Kandung kemih
12. Rectum
Semua organ dalam rongga abdomen memiliki
struktur yang kurang rapat sehingga diperlukan grid dalam membuat radiograf
abdomen. Ini karena sinar X akan mengalami hamburan yang banyak ketika melewati
sebuah objek yang memiliki tingkat kerapatan yang rendah. Oleh sebab itu,
sesuai dengan tujuan pemakaian grid, maka grid dipasang di kaset
E. Teknik Radiografi Abdomen
Dalam radiograf tanpa pemakaian kontas
media, akan sangat sulit membedakan antara organ satu dengan organ yang
lainnya. Densitas yang hampir merata pada abdomen akan membuat sulit saat
melihat organ yang berdekatan. Oleh karena itu, maka dipakai kontras media
untuk menampilkan salah satu organ pada rongga abdomen. Untuk melihat abdomen
secara keseluruhan, maka dibuat foto abdomen polos.
Teknik pembuatan radiograf abdomen polos
terdiri dari dua proyeksi dasar, yakni Antero-Posterior Abdomen dan
Left-Lateral-Decubitus Abdomen yang semuanya memakai grid. Berikut ini langkah
pemeriksaan abdomen:
1.
Antero-Posterior Abdomen
Untuk membuat foto AP Abdomen, siapkan alat yang
diperlukan dalam pemeriksaan yaitu:
a.
Pesawat sinar X
b.
Kaset beserta film 35 x 43
c.
Marker
d.
Grid
e.
Softbag
Sedangkan untuk teknik radiografinya adalah:
a. Posisi
pasien:
Pasien diposisikan tidur terlentang di atas
meja pemeriksaan.
b. Posisi
objek:
Sumbu tubuh pasien diatur sehingga berada di
pertengahan meja pemeriksaan. Perut diatur sehingga berada di tengah meja
pemeriksaan. Pasien memakai gonad shield
untuk melindungi alat vital dari radiasi
c. Arah
sinar:
Tegak lurus dengan kaset
d. CP:
Pada Mid
Sagital Plane setinggi Krista Iliaca
2.
Left-Lateral-Decubitus Abdomen
Untuk membuat foto LLD Abdomen, siapkan alat yang
diperlukan dalam pemeriksaan yaitu:
a.
Pesawat sinar X
b.
Kaset beserta film 35 x 43
c.
Marker
d.
Grid
e.
Softbag
Sedangkan untuk teknik radiografinya adalah:
a. Posisi
pasien:
Pasien diposisikan tidur miring ke arah kiri
di atas meja pemeriksaan.
b. Posisi
objek:
Mid
Coronal Plane pasien diatur sehingga berada di
pertengahan meja pemeriksaan. Perut diatur sehingga berada di tengah meja
pemeriksaan.
c. Arah
sinar:
Tegak lurus dengan kaset
d. CP:
Pada Mid
Coronal Plane setinggi Krista Iliaca
Pada pemeriksaan abdomen yang perlu
diperhatikan adalah saat memposisikan pasien, sebisa mungkin pasien
menghembuskan nafas secar penuh sehingga tidak ada aliran udara yang
keluar-masuk rongga abdomen.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian :
Studi literatur
B. Populasi/ sample:
C. Responden:
D. Cara Pengolahan Data
1. Jenis Data
2. Pengambilan Data
3. Penglohan Data
4. Analisa Data
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Konstruksi
Grid
1.
Konstruksi
Grid
2.
Tipe
Grid
B. Karakterstik
Radiograf Abdomen
1.
Anatomi
Radiograf Abdomen
2.
Kriteria
Radiograf Abdomen
C. Radiograf
Abdomen dengan Moving Grid
1.
Anatomi
Radiograf
2.
Pengukuran
Densitas
3.
Pengukuran
Kontras
D. Radiograf
Abdomen dengan Stationary Grid
1.
Anatomi
Radiograf
2.
Pengukuran
Densitas
3.
Pengukuran
Kontras
E. Perbandingan
Densitas dan Kontras
1.
Perbandingan
Densitas
2.
Perbandingan
Kontras
3.
Perbedaan
Radiograf