TEKNIK PEMERIKSAAN APENDIKITIS
BAB
II
TUJUAN
TEORI
2.1.Apendikitis ( Radang Usus Buntu )
PENDAHULUAN
Apendikitis adalah peradangan
pada apendik vermiformis (Pierce and Niel, 2007). Apendikitis merupakan kasus
laporatomi tersering pada anak dan orang dewasa (Ahmadsyah dan Kartono,1995).
Hampir 7% orang barat mengalami apendikitis dan sekitar 200.000 apendiktomi
dilakukan di Amerika Serikat setiap tahunnya. Insiden semakin menurun pada 25
tahun terakhir, namun di negara berkembang justru semakin meningkat
(Lawrence,2006).
Insiden pada laki-laki dan
perempuan umumnya sebanding, kecuali umur 20-30 tahun, insiden laki-laki lebih
tinggi, sedangkan pada bayi dan anak-anak antarai umur 1-2 tahun jarang
ditemukan (Syamsuhidajat,1997).
Diagnosis harus ditegakkan sejak
dini dan tindakan harus segera dilakukan, keterlambatan menyebabkan penyilitan
perforasi dan berbagai akibatnya(Ahmadsyah dan Kartono,1995).
ANATOMI DAN FISIOLOGI
APENDIKS
Pada neonatus,appendik
vermiformis (umbai cacing) adalah sebuah tonjolan dari apex caecum, tetapi
seiring pertumbuhan dan distensi caecum,appendix berkembang disebelah kiri dan
belakang kira-kira 2,5cm di bawah valva ileocaecal (Lawrence,2006). Istilah
usus buntu yang sering dipakai masyarakat awam adalah kurang tepat, karena usus
buntu sebenarnya adalah caecum. Appendix merupakan organ berbentuk tabung
panjangnya sekitar 10 cm, lumennya sempit di bagian proximal dan melebar di
bagian distal. Namun pada bayi, apendix berbentuk kerucut lebar di bagian
pangkal, dan sempit di ujung (Syamsuhidayat,1997). Ontogenitas berasal dari
mesogastrium dorsal. Kebanyakan terletak intraperitonial dan dapat digerakkan.
Macam-macam letak appendix:retrocaecalis, retroilialis, pevicum, postcaecalis,
dan descendent (Budiyanto,2005).
Pangkal appendix dapat ditentukan
dengan mengukur garis Monroe-Pichter. Garis yang diukur dari SIAS dextra ke
umbilikus, lalu garis dibagi tiga. Pangkal appendix terletak 1/3 lateral dari
garis tersebut dan dinamakan titik Mc Burnry. Ujung appendix juga dapet
ditentukan dengan pengukuran garis Lanz. Garis diukur dari SIAS dexra ke SIAS
sinistra, lalu garis dibagi 6. Ujung appendix terletak pada 1/6 lateral dextra
garis tersebut (Budianto,2005). Appendix menghasilkan ledir 1-2 ml perhari.
Ledir itu secara normal dicurahkan ke lumen dan selanjutnya mengalir ke caecum.
Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai
pelindung terhadap infeksi (Syamsuhidajat, 1997)
ETIOLOGI APENDIX
Penyebabnya hampir selalu akibat
obtruksi lumen apendix oleh apendikolit, fekalomas (tinja yang mengeras),
parasit, benda asing, karsinoid, jaringan parut, mukus, dan lain-lain
(Subandana,dkk,2007,Price and Wilson,2006)
PATOFISIOLOGI
Setelah terjadi ostruksi lumen
appendix maka tekanan dalam lumen akan meningkat karena sel mukosa mengeluarkan
lendir. Peningkatan tekanan ini akan menekan pembuluh darah, sehingga
perfusinya menurun yang mengakibatkan nekrosis. Invansi bakteri dan
infeksi dinding appendix segera terjadi
setelah dinding tersebut mengalami ulserasi.
GAMBARAN KLINIS
Nyeri disekitar umbilikus dan
epigastrium disertai anoreksia (nafsu makan menurun),nausea, dan sebagian
dengan muntah. Pada pemeriksaan fisik, pasien terlihat pucat , adanya nyeri
tekan, nyeri ketok, nyeri lepas, dan tahanan otot (defans muskular).
2.2.PATOLOGY
Bila terjadi peradangan
pada appendix dapat mengakibatkan:
1. Masuknya lumen usus
kedalam perut:peritonitis
2. Terbentuknya Abses
3. Pada wanita, dapat
mengakibatkan kemandulan
4. Masuknya kuman dalam
pemburu darah
BAB III
PEMBAHASAN DAN HASIL
3.1.
APPENDIKOGRAFI
Definisi:
Appendikografi: taknik
pemeriksaan radiologi untuk
memvisualisasi appendix dengan menggunakan media positif barium sulfat. Dapat
dilakukan:
1. Secara oral
2. Secara anal
PERSIAPAN
PASIEN
1.
48
jam sebelum pemeriksaan dianjurkan makan makanan lunak tidak berserar,
misalnya:bubur kecap
2.
12
jam atau 24 jam sebelum pemeriksaan, pasien diberikan 2/3 Dulcolac untuk
diminum
3.
Pagi
hari pasien diberi dulcolac supositoria melalui anus atau dilavement
4.
4
jam sebelum pemeriksaan pasien harus puasa hingga pemeriksaan berlangsung
5.
Pasien
dianjurkan menghindari banyak bicara dan merokok
PERSIAPAN
ALAT
1.
Pesawat
sinar-X yang dilengkapi fluroskopi dan dilengkapi alat bantu kompresi yang
berfungsi untuk memperluas permukaan organ yang ada di daerah ileosaecal/
memodifikasi posisi pasien
2.
Kaset
dan film
PERSIAPAN
BAHAN
1.
Kontras
barium sulfat dengan perbandingan 1:4 sampai 1:8
3.2.
TEKNIK PEMERIKSAAN PA/AP
Pasien : Pasien pada posisi prone atau supine,
dengan bantalan di kepala.
Posisi
objek :
1.
MSP
berada di tengah tengah meja pemeriksaan
2.
Pastikan
tidak ada rotasi
CENTRAL
RAY
:
1.
CR
tegak lurus terhadap kaset
2.
CR
setinggi iliac crest
Struktur
yang tampak :
1.
Kolon
bagian transversum harus diutamakan terisi barium pada posisi PA dan terisi
udara pada posisi AP dengan teknik double contrast.
2.
Seluruh
luas usus harus tampak flexur olic kiri.
3.3.
TEKNIK PEMERIKSAAN RPO (RIGHT POSTERIOR OBLIQUE)
Posisi
pasien : 35-56o menuju right atau left posterior oblique dengan
bantalan untuk fiksasi, letakkan bantalan di atas kepala, flexikan siku dan
letakkan di depan tubuh pasien
Posisi
objek : .
1.
Luruskan
MSP dengan meja pemeriksaan dengan abdominal margin kiri dan kanan sama jauh
dari garis tengah meja pemeriksaan
Central
ray :
1.
CR
tegak lurus terhadap kaset
2.
Sudutkan
CR dengan titik pusat setinggi iliac crest dan sekitar 2,5 cm lateral menuju
garis MSP
Struktur
yang tampak :
LPO-olic
flexura hepatic kanan ascenfing dan recto sigmoid portions harus tampak terbuka
tanpa superposisi yang signifikan.
RPO-colicflexure
kiri dan descending portions harus terlihat terbuka tanpa superposisi yang
signifikan.
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat ditarik dari karya tulis ini antara lain:
1.
Appendikitis
(Radang usus buntu) adalah peradangan pada appendix vermiformi.
2.
Appendikografi
merupakan teknik pemeriksaan appendix untuk mevisualisasikan appendix dengan
menggunakan media kontras barium sulfat, yang dapat dilakukan dengan dua
proyeksi, yakni :PA/AP dan RPO/RAO
4.2.
Saran
Saran
yang ingin penulis utarakan menyangkut penyusunan karya tulis ini adalah agar nantinya sebagai radiographer
mampu mempelajari dan memahami lebih lanjut mengenai teknik pemeriksaan apendikografi
mulai dari persiapan pasien , cara pemberian media kontras hingga kriteria gambar yang dihasilkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar