Minggu, 15 Juni 2014

TEKNIK PEMERIKSAAN APENDIKITIS
BAB II
TUJUAN TEORI
2.1.Apendikitis ( Radang Usus Buntu )
PENDAHULUAN
Apendikitis adalah peradangan pada apendik vermiformis (Pierce and Niel, 2007). Apendikitis merupakan kasus laporatomi tersering pada anak dan orang dewasa (Ahmadsyah dan Kartono,1995). Hampir 7% orang barat mengalami apendikitis dan sekitar 200.000 apendiktomi dilakukan di Amerika Serikat setiap tahunnya. Insiden semakin menurun pada 25 tahun terakhir, namun di negara berkembang justru semakin meningkat (Lawrence,2006).
Insiden pada laki-laki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali umur 20-30 tahun, insiden laki-laki lebih tinggi, sedangkan pada bayi dan anak-anak antarai umur 1-2 tahun jarang ditemukan (Syamsuhidajat,1997).
Diagnosis harus ditegakkan sejak dini dan tindakan harus segera dilakukan, keterlambatan menyebabkan penyilitan perforasi dan berbagai akibatnya(Ahmadsyah dan Kartono,1995).

ANATOMI DAN FISIOLOGI APENDIKS
Pada neonatus,appendik vermiformis (umbai cacing) adalah sebuah tonjolan dari apex caecum, tetapi seiring pertumbuhan dan distensi caecum,appendix berkembang disebelah kiri dan belakang kira-kira 2,5cm di bawah valva ileocaecal (Lawrence,2006). Istilah usus buntu yang sering dipakai masyarakat awam adalah kurang tepat, karena usus buntu sebenarnya adalah caecum. Appendix merupakan organ berbentuk tabung panjangnya sekitar 10 cm, lumennya sempit di bagian proximal dan melebar di bagian distal. Namun pada bayi, apendix berbentuk kerucut lebar di bagian pangkal, dan sempit di ujung (Syamsuhidayat,1997). Ontogenitas berasal dari mesogastrium dorsal. Kebanyakan terletak intraperitonial dan dapat digerakkan. Macam-macam letak appendix:retrocaecalis, retroilialis, pevicum, postcaecalis, dan descendent (Budiyanto,2005).
Pangkal appendix dapat ditentukan dengan mengukur garis Monroe-Pichter. Garis yang diukur dari SIAS dextra ke umbilikus, lalu garis dibagi tiga. Pangkal appendix terletak 1/3 lateral dari garis tersebut dan dinamakan titik Mc Burnry. Ujung appendix juga dapet ditentukan dengan pengukuran garis Lanz. Garis diukur dari SIAS dexra ke SIAS sinistra, lalu garis dibagi 6. Ujung appendix terletak pada 1/6 lateral dextra garis tersebut (Budianto,2005). Appendix menghasilkan ledir 1-2 ml perhari. Ledir itu secara normal dicurahkan ke lumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Imunoglobulin  ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi (Syamsuhidajat, 1997)
ETIOLOGI APENDIX
Penyebabnya hampir selalu akibat obtruksi lumen apendix oleh apendikolit, fekalomas (tinja yang mengeras), parasit, benda asing, karsinoid, jaringan parut, mukus, dan lain-lain (Subandana,dkk,2007,Price and Wilson,2006)
PATOFISIOLOGI
Setelah terjadi ostruksi lumen appendix maka tekanan dalam lumen akan meningkat karena sel mukosa mengeluarkan lendir. Peningkatan tekanan ini akan menekan pembuluh darah, sehingga perfusinya menurun yang mengakibatkan nekrosis. Invansi bakteri dan infeksi  dinding appendix segera terjadi setelah dinding tersebut mengalami ulserasi.
GAMBARAN KLINIS
Nyeri disekitar umbilikus dan epigastrium disertai anoreksia (nafsu makan menurun),nausea, dan sebagian dengan muntah. Pada pemeriksaan fisik, pasien terlihat pucat , adanya nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas, dan tahanan otot (defans muskular).
2.2.PATOLOGY
Bila terjadi peradangan pada appendix dapat mengakibatkan:
1.    Masuknya lumen usus kedalam perut:peritonitis
2.    Terbentuknya Abses
3.    Pada wanita, dapat mengakibatkan kemandulan
4.    Masuknya kuman dalam pemburu darah







BAB III
PEMBAHASAN DAN HASIL
3.1. APPENDIKOGRAFI
Definisi:
Appendikografi: taknik pemeriksaan radiologi  untuk memvisualisasi appendix dengan menggunakan media positif barium sulfat. Dapat dilakukan:

1.    Secara oral
2.    Secara anal
PERSIAPAN PASIEN
1.    48 jam sebelum pemeriksaan dianjurkan makan makanan lunak tidak berserar, misalnya:bubur kecap
2.    12 jam atau 24 jam sebelum pemeriksaan, pasien diberikan 2/3 Dulcolac untuk diminum
3.    Pagi hari pasien diberi dulcolac supositoria melalui anus atau dilavement
4.    4 jam sebelum pemeriksaan pasien harus puasa hingga pemeriksaan berlangsung
5.    Pasien dianjurkan menghindari banyak bicara dan merokok
PERSIAPAN ALAT
1.    Pesawat sinar-X yang dilengkapi fluroskopi dan dilengkapi alat bantu kompresi yang berfungsi untuk memperluas permukaan organ yang ada di daerah ileosaecal/ memodifikasi posisi pasien
2.    Kaset dan film
PERSIAPAN BAHAN
1.    Kontras barium sulfat dengan perbandingan 1:4 sampai 1:8
3.2. TEKNIK PEMERIKSAAN PA/AP
Pasien                     : Pasien pada posisi prone atau supine, dengan bantalan di kepala.
Posisi objek            :
1.    MSP berada di tengah tengah meja pemeriksaan
2.    Pastikan tidak ada rotasi
CENTRAL RAY      :
1.    CR tegak lurus terhadap kaset
2.    CR setinggi iliac crest
Struktur yang tampak :
1.    Kolon bagian transversum harus diutamakan terisi barium pada posisi PA dan terisi udara pada posisi AP dengan teknik double contrast.
2.    Seluruh luas usus harus tampak flexur olic kiri.
3.3. TEKNIK PEMERIKSAAN RPO (RIGHT POSTERIOR OBLIQUE)
Posisi pasien : 35-56o menuju right atau left posterior oblique dengan bantalan untuk fiksasi, letakkan bantalan di atas kepala, flexikan siku dan letakkan di depan tubuh pasien
Posisi objek : .
1.    Luruskan MSP dengan meja pemeriksaan dengan abdominal margin kiri dan kanan sama jauh dari garis tengah meja pemeriksaan
Central ray :
1.    CR tegak lurus terhadap kaset
2.    Sudutkan CR dengan titik pusat setinggi iliac crest dan sekitar 2,5 cm lateral menuju garis MSP
Struktur yang tampak :
LPO-olic flexura hepatic kanan ascenfing dan recto sigmoid portions harus tampak terbuka tanpa superposisi yang signifikan.
RPO-colicflexure kiri dan descending portions harus terlihat terbuka tanpa superposisi yang signifikan.

PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari karya tulis ini antara lain:
1.    Appendikitis (Radang usus buntu) adalah peradangan pada appendix vermiformi.
2.    Appendikografi merupakan teknik pemeriksaan appendix untuk mevisualisasikan appendix dengan menggunakan media kontras barium sulfat, yang dapat dilakukan dengan dua proyeksi, yakni :PA/AP dan RPO/RAO


4.2. Saran
Saran yang ingin penulis utarakan menyangkut penyusunan karya tulis  ini adalah agar nantinya sebagai radiographer mampu mempelajari dan memahami lebih lanjut mengenai teknik pemeriksaan apendikografi mulai dari persiapan pasien , cara pemberian media kontras  hingga kriteria gambar yang dihasilkan.

DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar